Apalagi secara historis, hubungan Indonesia dengan Aljazair cukup baik. Di negara ini sendiri sosok presiden pertama Indonesia,
Soekarno, dikenang sebagai pejuang kemerdekaan bangsa-bangsa dunia ketiga dan sosok yang hangat, cerdas dan inspiratif.
Dalam siaran pers pada Sabtu 4 Februari 2012, dinyatakan betapa Soekarno memiliki kedekatan sendiri dengan bangsa Aljazair. Hal ini berawal dari undangan Soekarno kepada Aljazair untuk mengikuti KTT Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955.
Peristiwa ini kemudian menjadi tonggak sejarah perjuangan kemerdekaan Aljazair melawan kolonialisasi Perancis. Berkat forum internasional yang digagas Soekarno itulah, nama Aljazair pertama kali dikenal dunia internasional. Hingga akhirnya pada 5 November 1962 para pejuang memproklamirkan kemerdekaan Aljazair setelah melakukan perang kemerdekaan sejak tahun 1954.
Bahkan menurut salah satu cerita mantan pejuang Aljazair yang baru saja meninggal dunia pada tanggal 30 Januari 2012, Abdelhamid Mehri, Soekarno tidak hanya mendukung dan mendorong kemerdekaan Aljazair dari sisi diplomasi internasional, tetapi juga menyuplai senjata untuk perang kemerdekaan yang dikirimkan dari Moskow, Uni Soviet saat itu. Selain memberikan bantuan senjata, Bung Karno juga mengirimkan perwira-perwira TNI dari berbagai angkatan untuk melatih pejuang Aljazair.
Cerita ini banyak diketahui oleh para pejuang kemerdekaan Aljazair yang sekarang banyak menjadi pejabat atau mantan pejabat, sebagaimana juga diceritakan oleh staf lokal KBRI di Alger, Almunir Almuchtar.
Berdasarkan cerita ini, maka tak heran apabila para mujahidin dan mujahidah yang saat ini banyak duduk di pemerintah Presiden Abdelaziz Boeteflika memuji kebaikan Indonesia dan Soekarno. Warga negara Indonesia di Aljazair pun akhirnya mendapat simpati dan respons positif dari masyarakat Aljazair.
Duta Besar Niam berharap dengan modal dasar yang baik ini maka perlu dijaga dan terus tingkatkan dalam kerangka untuk membangun hubungan dua negara dan dua bangsa yang saling menguntungkan. Tidak hanya secara politik dan diplomasi, tetapi juga secara bisnis dan ekonomi yang diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan dan persahabatan kedua warga bangsa ini secara lebih luas.
"Kerjasama kedua negara dan bangsa ini harus lebih efektif dan saling menguntungkan secara nyata, baik di bidang politik, ekonomi, bisnis, diplomasi maupun saat menanggapi isu-isu internasional," kata Niam Salim yang sebelumnya aktif di Partai Kebangkitan Bangsa itu.
0 komentar:
Posting Komentar